A HappYuppY Ramadhan in Fukuoka

Alhamdulillah…tahun ini saya berkesempatan mencicipi nikmatnya ramadhan di negeri sakura, tepatnya  di Prefektur  Fukuoka yang merupakan ibu kota dari Pulau Kyushu, pulau terbesar ketiga di Jepang. Rasa syukur itu semakin bertambah ketika ternyata fasilitas serta nuansa muslim lebih mudah diakses di kota ini.  Mesjid Al-Nour, mesjid pertama di Kyushu (pulau yang memiliki luas wilayah 35.640 km² ) bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki sepuluh menit dari kampus saya, Kyushu University. Namun jangan harap anda bisa mendengarkan kumandang suara adzan apalagi  seruan untuk sahur (kultur ngebangunin sahur kayax g ada dh disini) karena pengeras suara hanya untuk didalam mesjid saja. 
Masjid Al Nour, Fukuoka
 Mayoritas komunitas muslim Indonesia di pulau ini  berdomisili di Fukuoka,  secara rutin melaksanakan kegiatan religious sebagai sarana silaturrahim sesama muslim. Untuk ramadhan kali ini diselenggarakan  event grand ifthar atau buka puasa bersama  disetiap akhir pekan yang tidak hanya dihadiri oleh warga Indonesia tapi juga saudara seagama  dari Malaysia, Mesir, Bangladesh,India, Sudan, Jepang dan lainnya.   
 Menjalankan puasa di negeri yang terkenal dengan basis risetnya ini, rupanya  lumayan menantang,  terlebih tahun 2012  jatuhnya di musim panas yang berarti  cahaya matahari  lebih betah berlama-lama.  Jika di Indonesia kita berpuasa selama  kira-kira  12 jam, di Fukuoka durasinya sekitar 15 jam. Bahkan saya pribadi, bisa  sampai 18 jam puasa makan  jika kebetulan sedang ada seminar/zemy  mingguan di laboratorium  (lab).  Walhasil di hari ketiga ramadhan, ketika  melewatkan sahur karena telat bangun, saya mempresentasikan research progress tepat  jam 9 malam dengan suara bergetar dan keringat dingin bercucuran bukannya grogi tapi karena dilanda rasa lapar luar biasa. Serunya berpuasa hari itu semakin lengkap, ketika sampai diapato (apartemen) saya mendapati masakan yang sedianya untuk makan malam semuanya basi karena lupa disimpan di kulkas. Kelembaban udara yang tinggi di Jepang pada saat musim panas, membuat makanan  lebih cepat basi, jadi untuk  amannya semua  dimasukkan dikulkas saja.
Berpuasa dimanapun anda berada, sudah sepatutnya saling menghormati & mampu bertoleransi dengan orang lain.  Jika di Indonesia kita wajib menghormati mereka yang sedang berpuasa, nah di Fukuoka saya malah merasa wajib menghormati teman-teman se lab yang tidak berpuasa.  Berhubung hanya saya sendiri yang muslim, tidak mungkin dong saya protes ketika mereka makan siang di lab tepat didepan mata saya dengan aroma makanan yang sangat menggoda. Tidak mungkin juga saya memasang wajah judes ketika seorang teman lab menawarkan makanan & minuman sambil berkata  “Ayolah.. Tuhan mu pasti mengerti, hari ini kan giliran kamu presentasi di zemy jadi kamu butuh energy atau minta izin saja sama sensei (dosen/guru) agar kamu tak perlu ikut zemy selama puasa”.
Memasuki minggu kedua ramadhan setelah saya beri penjelasan, teman-teman se lab nampaknya sudah mulai mengerti dengan tidak mengkhawatirkan kondisi saya secara berlebihan selama puasa. Sebenarnya orang  Jepang juga memiliki budaya berpuasa yang disebut  “danjiki” berasal dari kultur Budhisme-Shintoisme, namun menurut beberapa teman di lab danjiki bukanlah sesuatu yang menyenangkan atau ditunggu-tunggu. Mengapa? karena rupanya untuk melaksanakan danjiki, orang yang bersangkutan harus melepaskan diri dari kehidupan duniawi dengan bertapa selama kurang lebih dua minggu di kuil serta mengkonsumsi makanan & minuman hanya sekali sehari yakni dipagi hari.  Pantas saja kalau mereka berasumsi ketika saya berpuasa  maka merasa tersiksa karena rupanya aktivitas puasa yang mereka jalankan berbeda dengan puasa ramadhan kaum muslim.
 Rutinitas sebagai mahasiswa di negeri matahari terbit ini, membuat saya tidak memiliki banyak  waktu untuk bisa menikmati ngabuburit, salah satu tradisi ramadhan di Indonesia, dengan jalan-jalan sore sambil hunting takjil untuk buka puasa. Ngabuburit  saya disini  selama hari kerja  yah zemy dan nongkrong di lab, sedangkan diakhir pekan saya ke suupa (supermarket) atau depato (department store) baik untuk belanja atau sekedar cuci mata bersama teman yang diakhiri dengan buka puasa bersama direstoran halal .
Memperoleh makanan halal secara gratis adalah anugerah yang luar biasa buat saya dan teman-teman muslim lainnya. Event grand iftar atau buka puasa bersama yang diselenggarakan oleh panitia masjid merupakan moment yang paling dinantikan. Minggu lalu giliran muslim Indonesia yang menyiapkan takjilnya..Subhanallah aneka gorengan, kue basah, cendol dan lainnya melimpah ruah, saat alarm buka puasa berbunyi saya malah bingung mau mencicipi yang mana dulu. Tak lama kemudian setelah Sholat Maghrib, dihadapan kami terhidang makanan berat ala timur tengah berupa nasi dengan lauk ayam dan kuah kari,  disajikan diatas nampan-nampan berukuran sedang untuk masing-masing  empat porsi orang dewasa.   
Suasana grand iftar..komunitas bapak-bapaknya
Aneka takjil..buah dan kue basah..yummy

Lantas bagaimana dengan ibadah shalat tarawih? Alhamdulillah disetiap akhir pekan saya   berkesempatan  tarawih di masjid Al-Nour. Dibandingkan hari kerja, rupanya  lebih banyak yang tarawih diakhir pekan,  satu shaf panjang untuk perempuan yang terletak dilantai dua masjid, terisi penuh. Dilantai satu  ada sekitar empat shaf padat terisi oleh makmum laki-laki.
 Tarawih disini  unik, beda dengan tarawih beberapa masjid di Indonesia yang pernah saya ikuti.  Diawali dengan Sholat Isya terlebih dahulu sekitar pukul 9.15 pm kemudian tak lama berselang,  imam  (yang setiap ramadhan di impor langsung dari Mesir atau Arab Saudi) memulai shalat tarawih. Setelah sholat sebanyak empat rakaat penceramah lalu melakukan tugasnya.
Sesi ceramah minggu lalu yang diisi oleh Ustadz Saiful Bahri alumni Al-Azhar University, asal Indonesia
Jadi ibaratnya diantara sholat empat rakaat ada istirahat yang diisi dengan ceramah selama 7-10 menit dan tak kalah menariknya,  ketika ceramah berakhir ada sesi kuis. Pertanyaan kuis diajukan oleh salah seorang pengurus masjid  (lazim dipanggil brother) untuk menguji pengetahuan religious kita. Eh kuisnya berhadiah lho, setelah ramadhan di Hari Raya Idul Fitri sang juara bisa menghubungi panitia masjid untuk mendapatkan hadiah tersebut. Ceramah rampung kuis pun usai, saatnya melanjutkan kembali tarawih sebanyak empat rakaat yang kemudian ditutup dengan Shalat Witir tiga rakaat.
Tepat pukul 10.45 pm, ibadah Sholat Tarawih berakhir dan saya pun harus bergegas menuju halte  demi mengejar bus yang jumlahnya kian berkurang karena hari sudah semakin larut. Bulan Ramadhan di Fukuoka merupakan moment yang penuh suka cita buat saya, semoga ibadah tahun ini mendapat keberkahan dariNYA, aamiin.

 

Komentar

  1. Kayanya seru Ramadhan di Jepang. Jadi pengen ke sana.. Tapi, semoga saya ke sananya pas Ramadhan-nya jatuh pas winter, biar puasanya bentar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum, hi Millati Indah...yup yup seru sekali tentunya, eh tapi sebaiknya jgn hanya pas winter tinggal sampai spring dh jd bisa ngeliat indahnya bunga sakura ;)..mampir ke Fukuoka yh

      Hapus
  2. Mbak, salam kenal.
    Saya rizka, tinggal di sasebo, ngasaki.
    Kadang-kadang juga suka ke fukuoka. Tapi belum pernah ikut tarawihnya.
    Ternyata asik juga ya tarawihnya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum d' Rizka..salam kenal juga. Wah thanks to Bang Tere yg sdh ngasih kita kesempatan utk connect satu sama lain :D...Desember kmaren smpt ke Nagasaki tapi hanya bbrp jam ngunjungin Glover garden, Museum Bom atom & Peace park. Hayow d' Rizka main ke Fukuoka lg yuk, mumpung masih ramadhan jd bisa mrasakan nikmatnya tarawih di negeri orang.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cultural Festival ?? Let's learn from Fukuoka...

Kunjungan ke Pabrik Mentaiko

............... My first " Undokai".....................