Mempromosikan Budaya Tanah Air di Negeri Sakura


My dear grandchild...
Tulisan ini dimuat di media online tentang aktivitas granny selama Golden Week. Apa itu golden week? Hmm baca sendiri saja yah, douzo...
Negeri Sakura Jepang merupakan negara super modern yang sangat menghargai budaya tradisinya. Hal tersebut diaktualisasikan dalam berbagai event salah satunya adalah matsuri atau festival. Tujuan utama festival digelar yakni untuk menjaga eksistensi dan mengembangkan budaya sebagai citra jati diri bangsa yang besar.


Pekan lalu warga Jepang menikmati Golden Week, libur panjang yang merupakan gabungan dari beberapa hari libur nasional di Jepang. Tak terkecuali Mahasiswa Indonesia yang berada di Pulau Kyushu, Jepang. Mereka mengisi Golden Week dengan berpartisipasi menjadi duta bangsa, memperkenalkan budaya Indonesia pada beberapa kegiatan yang terselenggara di Fukuoka, ibukota Pulau Kyushu.
Pada Hari Sabtu 3 Mei 2014, sebanyak 50 Mahasiswa asal Indonesia beserta keluarga yang di koordinir oleh Persatuan Pelajar Indonesia-Fukuoka (PPIF) turut ambil bagian pada “Festival Parade Hakata Dontaku”. Tergabung dalam grup Fukuoka Overseas Student Association (FOSA), Mahasiswa Indonesia berserta mahasiswa asing lainnya berkesempatan mempromosikan kebudayaan negara masing-masing pada event.
Festival Hakata Dontaku merupakan event tahunan Kota Fukuoka yang telah diselenggarakan selama 830 tahun. Dimasa lalu, parade Hakata Dontaku dilaksanakan setiap tahun baru sebagai bentuk penghormatan terhadap penguasa. Walaupun selama beberapa tahun festival tersebut dilarang oleh pemerintah karena dianggap pemborosan, namun warga kota bersikeras untuk tetap melaksanakannya. Hingga akhirnya pemerintah Fukuoka berhasil menjalin sinergi yang baik dengan warganya.
HAKATA DONTAKU Festival
source : http://japankyushu.com/wp-content/uploads/2011/08/dontaku.jpg
Kini Hakata Dontaku menjadi salah satu festival terbesar di Jepang dan telah ditetapkan sebagai Intangible Cultural Property. Diperkirakan sekitar 200.000 warga, wisatawan domestic dan mancanegara menyaksikan event tersebut setiap tahunnya.
Para pengunjung tidak hanya disuguhi parade atau karnaval, akan tetapi juga beragam atraksi seperti tarian, music dan berbagai bentuk seni budaya lainnya yang di gelar pada 30 panggung yang tersebar di kawasan pusat Kota Fukuoka.
Parade Hakata Dontaku didukung oleh 38.000 peserta yang terdiri atas 752 grup yang menampilkan komunitas, organisasi atau institusi mereka. Mahasiswa Indonesia dengan semangat nasionalisme dan antusiasme yang tinggi memperkenalkan budaya tanah air melalui parade aneka ragam pakaian adat daerah se nusantara.
Mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam FOSA pada event Dontaku
Source :http://ppifukuoka.wordpress.com/2014/05/08/hakata-dontaku-2014-ajang-promosi-budaya-dan-seni-indonesia/

Mereka mengenakan pakaian adat dari Sumatera, Jawa, Bali, Buton hingga Baju Bodo asal Sulawesi Selatan. Selain itu secara khusus kehadiran kelompok seniman Bali yang terdiri dari gabungan beberapa institusi, kian menambah semarak barisan Mahasiswa Indonesia walaupun harus berjalan kaki sepanjang1,3 km.
Persiapan sebelum karnaval Hakata Dontaku
Rombongan seniman Bali turut serta dalam Festival Dontaku 2014
Parade berlangsung dengan tertib, tak seorang pun pengunjung berdiri di badan jalan yang dapat menghambat para peserta parade. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan jalur pedestarian (pejalan kaki) yang sangat lapang, dengan demikian pada saat festival dapat memenuhi kebutuhan area (space) bagi penonton untuk menyaksikan parade dengan nyaman. Petugas keamanan nampak selalu sigap mengatur arus pejalan kaki disepanjang lokasi parade sehingga tidak terjadi kerumunan massa yang dapat mengganggu jalannya festival.

Penonton yang berdiri atau duduk dengan tertib di pedestrian space
Pedestrian space yang lapang, sangat nyaman bagi para penonton


Para Polisi yang bertugas mengatur arus para pejalan kaki
Dua hal lainnya yang mengagumkan selama festival berlangsung. Arus lalul intas di Kota Fukuoka tetap lancar karena hampir semua pengunjung dan peserta menggunakan sarana transportasi public kereta bawah tanah , untuk mencapai lokasi festival.
Selain itu, dilokasi festival tak ada satu pun sampah yang berserakan. Kesadaran yang tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan serta ketersediaan tempat sampah diberbagai titik merupakan kunci sehingga kebersihan selama festival dapat terjaga.
Salah satu garbage station di lokasi festival
Bermimpi dan berharap di masa mendatang, kota-kota di Indonesia dapat menyelenggarakan festival budaya hingga ratusan bahkan ribuan tahun yang merupakan cirri dari keberlanjutan kehidupan sosial. Kota-kota di Indonesia dapat menyediakan beragam fasilitas dan lebih professional dalam penyelenggaraan festival. Sehingga suatu saat kelak, festival akan mendukung terciptanya positive brand image  kota-kota di Indonesia. Berpartisipasi dalam Festival Hakata Dontaku tidak hanya sekedar memperkenalkan budaya bangsa namun juga telah memperkaya pengalaman dan membuka wawasan Mahasiswa Indonesia.
Kegiatan lain yang tak kalah menariknya diikuti pekan lalu oleh Mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Kyushu University Moslem Student Association (KUMSA), yaitu Islamic Week and Food Festival. Event tahunan ini bertujuan untuk memperkenalkan Islam, yang merupakan agama minoritas di Jepang, khususnya di Fukuoka.

Tercatat 300 orang mahasiswa asing beragama Islam di Kyushu University. Saat ini Mahasiswa Muslim Indonesia dengan jumlah populasi terbesar. Islamic Week digelar secara bergiliran pada tiga lokasi kampus Kyushu University (Chikushi Campus, Ito Campus dan Hakozaki Campus).
Pengetahuan tentang Islam dikemas secara menarik oleh KUMSA melalui penyediaan halal food corner, Islamic Dress counter, Arabic Calligraphy, poster exhibition dan Mesjid Corner.

Pengunjung event tidak hanya dari kalangan mahasiswa namun juga masyarakat umum . Menurut Irma N. Raona (divisi internasional muslimah Fukuoka, mahasiswi Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Jurusan Human Design Kyushu University) para pengunjung sangat berminat untuk mencicipi hidangan halal yang disediakan oleh mahasiswa asing dari berbagai negara antara lain Bangladesh, Pakistan, India, Arab, Mesir, Malaysia. Mahasiswa Indonesia pun tak ketinggalan menyajikan beragam kudapan khas tanah air seperti tahu isi, klepon, lemper dan wajik.




Selain itu counter Islamic dress menjadi favorit pengunjung perempuan. Mereka nampak antusias untuk mengenakan hijab dan mencoba pakaian tradisional dari berbagai negara yang tentunya sesuai dengan syariah Islam. Gamis dan kemeja batik, gaun sutera bugis serta baju kurung, merupakan pakaian tradisional Indonesia yang terpajang di counter tersebut.



Pengenalan huruf Arab melalui seni kaligrafi juga banyak mendapat perhatian. Pihak KUMSA menyediakan jasa penulisan nama dalam huruf kaligrafi. Pengunjung juga dimanjakan dengan bingkisan jika mereka berhasil menjawab kuis dengan benar. Kuis  tersebut mencakup beragam pertanyaan tentangIslam yang jawabannya terdapat pada poster-poster yang terpampang di lokasi kegiatan.



Pada Sabtu, 3 Mei 2014, yang merupakan puncak acara dan penutupan Islamic Week digelar event Food Festival. Para mahasiswa asing tak hanya menyediakan kudapan, namun juga hidangan utama. Mahasiswa Indonesia menyajikan nasi goreng seafood, perkedel dan krupuk serta aneka kue seperti pisang goreng, risoles dan kue ketan KUMSA merangkaikan acara ini dengan kuliah umum oleh Professor Okuda dari Keiyo University yang juga seorang muallaf. Beliau membahas secara detil tentang dasar-dasar Agama Islam serta keunikan Allah, sang pencipta. Para peserta menyimak dengan seksama pemaparan tersebut .


Saat kuliah umum berakhir bertepatan dengan waktu shalat dhuhur. Pihak KUMSA melaksanakan sholat dhuhur berjamaah dan memberikesempatan kepada para pengunjung untuk menyaksikannya, beberapa pengunjung tertarik untuk menyaksikan ritual tersebut.


Berbagai respon positif disampaikan para pengunjung kepada pihak KUMSA. Mereka sangat puas dengan kegiatan Islamic Week dan Food Festival. Tak hanya mendapatkan pengetahuan tentang Islam namun yang tak kalah menarik adalah mereka berkesempatan untuk mengenal ragam budaya dari berbagai negara asal mahasiswa asing yang sedang menempuh pendidikan di Kyushu University.
Sebagai mahasiswa Indonesia ada rasa puas dan bangga dapat berpartisipasi dalam beberapa event di Jepang. Melalui keikutsertaan tersebut berharap Indonesia akan lebih dikenal dan terangkat citranya di mata pihak asing, sebagai bangsa besar yang memiliki kekayaan khasanah budaya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cultural Festival ?? Let's learn from Fukuoka...

Kunjungan ke Pabrik Mentaiko

............... My first " Undokai".....................